Pengertian Value Networks Analysis
Menurut Ward dan Peppard, value networks merupakan sebuah bisnis yang menyediakan pertukaran dan sarana mediasi antara pembeli dan penjual, sehinga memungkinkan terciptanya suatu hubungan/relasi.
Thompson mengemukan bahwa sebuah bentuk ringkas dari perusahaan yang dapat dimodelkan sebagai value network pada dasarnya bergantung pada sebuah teknologi mediating untuk menghubungkan clients, pelanggan atau untuk menjadi sebuah perusahan yang bersifat interdependent. Fasilitas teknologi mediating tersebut mengubah hubungan-hubungan diantara para pelanggan menjadi terdistribusi dalam ruang dan waktu. Perusahaan tersebut sendiri pada dasarnya bukanlah merupakan sebuah jaringan namun perusahaan tersebut menyediakan sebuah layanan networking.
Value network dibuat berdasarkan hubungan antara perusahaan, konsumen serta penyalur, dan complementors. Ada dua hal penting yang diperhatikan didalam value network. Yaitu nilai dari suatu yang dapat diukur (tangible) dan nilai sari suatu yang tak dapat diukur (intangibles). Yang temasuk didalam tangible adalah semua pertukaran barang yang terjadi, pendapatan atau jasa, transaksi yang tercatat dan memiliki kontrak, faktur, nilai proposal, dan pendapatan. Yang termasuk didalam intangibles terbagi atas dua bagian utama yaitu knowledge dan manfaat yang didapatkan. Kedua hal tersebut meliputi data dan informasi, perencanaan, proses yang terjadi, sistem yang berjalan, kebijakan perusahaan, teknis, dan segala bentuk manfaat yang didapatkan dari hubungan yang terjadi didalam lingkungan internal maupun external perusahaan.
Inti dari value network adalah hubungan yang terjadi antara semua pihak yang bekerja sama dan saling memberikan timbal balik, didalam menentukan nilai dari suatu bisnis.
Tujuan dari value network adalah menciptakan manfaat kepada setiap komponen yang terlibat didalam suatu bisnis. Biasanya nilai intangibles didalam suatu bisnis sama pentingnya dengan nilai tangible. Dalam tujuannya untuk mencapai keberhasilan, knowledge harus dapat dipergunakan untuk menciptakan peluang dan situasi yang menguntungkan. Value network juga mendukung knowledge untuk terus mengalir kedalam bisnis dan kepada mereka yang membutuhkannya
Proses Inti Value Networks
Menurut Stabell dan Fjeldstad dalam value network analysis terdapat tiga aktivitas utama, yaitu :
1. Networks promotion and contract management.
Terdiri dari aktivitas yang berhubungan dengan mengundang konsumen yang potensial untuk turut serta didalam jaringan, memilih pelanggan khusus yang dapat diberikan keleluasaan sehingga perusahaan mendapatkan masukan berarti dari konsumen tersebut, aktifitas management, dan pemutusan kontrak yang dianggap merugikan.
Sistem kontrak sangat diperlukan didalam jaringan. Karena dengan komitmen yang baik antara perusahaan dengan konsumen akan membawakan dampak yang lebih baik. Sistem kontrak pada aktivitas ini tidak hanya mencakup keterikatan antara perusahaan dan konsumen, tetapi juga dengan semua bagian yang terlibat dalam proses bisnis perusahaan. Dalam value network, setiap konsumen akan menjadi individu yang turut serta membantu perusahaan untuk berkembang dalam suatu jaringan.
2. Service provisioning
Service provisioning terdiri dari aktivititas yang berhubungan dengan membangun, memelihara dan mengakhiri suatu rantai hubungan dengan pelanggan serta nilai yang diperoleh dari konsumen tersebut. Nilai yang telah diperoleh dari konsumen dapat digunakan untuk mengukur sepenting apakah konsumen tersebut memberikan kontribusi pada perusahaan.
Service and provisioning merupakan suatu aktivitas yang berhubungan dengan pelayanan. Aktivitas penyelesaian masalah yang digunakan perusahaan di dalamnya hubungannya dengan pelanggan, sehingga hubungan yang ada dapat terjalin dengan baik serta memberikan dampak positif bagi perusahaan.
3. Network infrastructure operation
Terdiri dari aktivitas yang berhubungan dengan bagaimana perusahaan memelihara dan menggunakan infrastrukturnya, baik infrastruktur yang berhubungan dengan informasi ataupun infrastruktur fisik dengan baik. Aktivitas ini akan membuat jaringan selalu pada kondisi yang baik untuk memberikan pelayanan sesuai dengan permintaan.
Infrastuktur jaringan yang baik bergantung pada bagaimana infrastruktur yang ada digunakan. Pada perusahaan seperti bank atau perusahaan asuransi, kunci dari infrastruktur adalah kantor cabang, agent dan aset keuangan yang terkelola dengan baik.
Menurut Stabell dan Fjeldstad (1998, 429) dalam value network analysis terdapat tiga aktivitas pendukung yang mendukung aktivitas utama, yaitu :
1. Procurement
Aktivitas yang berhubungan dengan pengadaan peralatan yang mendukung aktivitas utama.
2. Technology Development
Aktivitas yang berhubungan dengan usaha-usaha yang dilakukan dalam membantu aktivitas utama dalam hubungannya dengan teknologi.
3. Human Resource Management
Aktivitas perekrutan, pelatihan, pengembangan dan pemberian kompensasi untuk sumber daya manusia dalam perusahaan.
4. Firm Infrastructure
Aktivitas manajemen umum, termasuk perencanaan, pengaturan keuangan dan akuntansi, aktivitas pengesahan, aktivitas yang berhubungan dengan relasi dengan pemerintah.
Dan berikut tabel dari value network diagram adalah sebagai berikut :
Tabel Value Network Analysis Diagram
Sumber : Stabell dan Fjeldstad (1998)
Value Chain Analysis
Label: Corporate IT Strategy
Tips Pemberian Nama Domain
Pemberian nama domain ada dua cara yaitu :
1. Tipe konvensional yaitu pemberian nama berdasarkan struktur/level dalam koorporat. Untuk level koorporat domain yang diberikan berdasarkan solutions yang diberikan atau domain perusahaan disesuaikan dengan nama perusahaan tersebut seperti : Bina Nusantara maka nama domain yang diberikan adalah binus.edu Turunan dari level koorporat adalah pemberian nama produk berdasarkan
nama domain. Pemberian nama domain seperti ini biasanya digunakan oleh perusahaan yang memiliki level of product yang bervariasi seperti Fritolay yang memiliki anak-anak perusahaan seperti KFC, Lays dan lainnya. Pemberian nama domain disesuaikan dengan kategori produk tersebut.
Untuk produk-produk yang sudah terlalu dikenal, biasanya perusahaan akan memberikan nama domain berdasarkan event. Misal produk Shampoo A,untuk mendongkrak penjualan shampoo A maka perusahaan mengadakan event cuci rambut gratis, maka pemberian nama domain dapat diberikan seperti : cucirambutgratis.com
2. Tipe non konvensional yaitu memberikan nama domain berdasarkan kalimat-kalimat yang membuat orang-orang akan selalu ingat, membentuk branding dalam benak masyarakat. Seperti tujuanluapa.com yang dimiliki oleh salah satu konsultan finance yang ada di Indonesia. Dalam melayani setiap clientnya Beliau selalu menanyakan kalimat pertama yang akan ditanyakan adalah tujuan lu apa? (tujuan yang diharapkan oleh clientnya tersebut) sehingga Beliau membuat websitenya dengan domain tujuanluapa.com yang menjadi branding dirinya agar mudah diingat oleh orang lain.
Tips : dalam memberikan nama domain sebaiknya nama domain tersebut adalah kata yang generik dan mudah diingat.
Marketing Knowledge Management
Marketing Knowledge Management
Menurut Lorenzon., et. al., (2005), saat ini fenomena knowledge management semakin berkembang dengan pesat, banyak perusahaan yang sudah menyadari bahwa knowledge merupakan salah satu sumber daya yang paling penting untuk terus bertahan dan unggul dalam menghadapi persaingan yang begitu ketat saat ini. Perubahan pandangan ini membuat sumber daya knowledge yang dimiliki oleh perusahaan tidak hanya disimpan begitu saja tetapi dimanfaatkan untuk menciptakan, mempertahankan dan mengembangkan pasar yang dimiliki oleh perusahaan. Knowledge management yang dikombinasikan dengan perkembangan teknologi informasi dapat dimanfaatkan untuk aktifitas mengidentifikasi, menyimpan dan dan menyebarkan knolwedge dalam perusahaan khususnya pada dunia marketing sehingga tercipta proses standarisasi dan automatisasi untuk mengintegrasikan knowledge dengan proses marketing.
Menurut Binder (1998), perubahan siklus produk dan tren pasar yang begitu cepat, membuat orang-orang yang bergerak dalam bidang marketing harus mengasilimilasi serta membutuhkan informasi dalam jumlah yang begitu besar mengenai tren pasar, persaingan dan solusi yang mereka tawarkan kepada pelanggan mereka. Knowledge-knowledge mengenai pelanggan bisnis, pasar yang dinamis, visi perusahaan, persaingan, strategi penjualan dan produk dan pelayanan itu sendiri yang membantu orang-orang yang bergerak di bidang marketing dalam menbangun dan memelihara kredibilitas perusahaan. Dengan knowledge yang dimiliki, orang-orang yang bergerak di bidang marketing dapat mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan mengkongfigurasi solusi dengan optimal, menjual beberapa solusi yang diharapkan pelanggan dan melindungi keunggulan kompetitif yang dimiliki dari tantangan yang akan datang.
Menurut Binder (1998), fungsi knowledge management dalam marketing adalah sebagai berikut:
1. Access : orang-orang marketing harus dapat mengakses knowledge dengan mudah dan cepat serta isi knowledge tersebut haruslah dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Contoh kegiatan-kegiatan dalam marketing adalah penyusunan strategi, mempersiapkan proposal, mengorganisir informasi untuk dipresentasikan. Orang-orang marketing dapat menggunakan knowledge yang dimiliki jika mereka menghadapi keadaan yang dulu pernah dialami, sehingga knowledge tersebut dapat dimanfaat untuk kegiatan-kegiatan dalam marketing agar lebih baik. Mereka tidak perlu mengingat semua alur kegiatan dalam marketing tetapi mereka dapat mengaksesnya secara berulang melalui knowledge management.
2. Learning : orang-orang marketing butuh proses pembelajaran dari knowledge. Mereka akan belajar dari knowledge management,, mereka harus mampu mencapai apa yang kita sebut dengan tingkatan “second nature” yang berarti dari mereka dapat memperoleh knowledge baru dari kegiatan sehari-hari yang dijalankan bahkan mampu menerapkan knowledge yang telah diperoleh melalui proses pembelajaran untuk mendapatkan knowledge yang baru.
3. Application : agar dapat diakses dan dipelajari, orang-orang marketing harus mengorganisir dan menghadirkan suatu bentuk aplikasi yang mendukung. Idealnya, informasi untuk orang-orang marketing akan terlihat pada format dan struktur yang dapat dipakai untuk mendukung pekerjaan mereka, seperti implikasi gambaran dari tren pasar atau tabel solusi atas keluhan dari pelanggan. Dengan menggunakan form dari knowledge support performance, mereka tidak perlu lagi untuk menulis ulang, mengatur ulang dan memproses ulang agar tersedianya informasi. Mereka cukup menggunakan aplikasi tersebut dan semua informasi yang dibutuhkan akan tersedia.
Pengertian Marketing Knowledge Management
Menurut Troilo (2007), marketing knowledge management menggambarkan tahapan proses individual yang lebih detail yang mendalami proses pengumpulan marketing knowledge, proses pembangkitan knowledge dan proses penyebaran serta penggunaan marketing knowledge.
Menurut Lorenzon., et. al., (2005), marketing knowledge management adalah perluasan pengertian dari proses marketing yang melekat dengan product development management, customer relationship management dan supply chain management yang berorentasi pada knowledge. Ketiga proses ini meliputi tujuan fundamental marketing yang secara kritis menarik dan mempertahankan pelanggan. Marketing knowledge dapat diukur untuk setiap masing-masing prosesnya, tiga tingkat knowledge yang umum : faktor kesadaran yang masih kurang, faktor kontrol dan aplikasi dari knowledge yang diperlukan untuk pasar yang baru.
Marketing knowledge dapat didefinisikan dan dikonseptualisasikan sebagai informasi pasar yang dibutuhkan oleh perusahaan melalui proses knowledge acqusition, knolwedge sharing, knowledge learning, distribusi informasi, intrepetasi informasi dan ingatan operasional perusahaan. Marketing knoweldge terdiri dari customer knowledge process, marketing R&D interface dan competitor knowledge. Knowledge yang bertambah dikenali dalam marketing management sebagai sumber daya yang kritis yang dapat diatur untuk menambah keunggulan kompetitif dan performance keuangan yang baik.
Hubungan antara Knowledge Management dengan Marketing
Menurut Skyrme (2000), hubungan antara knowledge management dengan marketing diuraikan dalam beberapa bagian berikut ini :
1. 1-Stop-Knowledge : memperoleh seluruh informasi yang berbeda-beda mengenai keadaaan pasar dan pelanggan di suatu tempat, melalui knowledge centre atau intranet yang telah teroganisir dengan baik. Bentuk lain dari 1-Stop-Knowledge adalah menyediakan informasi kepada orang-orang marketing atau sales melalui PC dan call centre mengenai customer knowledge.
2. Knowledge Networks : menyediakan penyebaran knowledge yang efektif melalui forum kepada seluruh pihak yang terlibat pada marketing process seperti pelanggan dengan marketing planners. Knowledge yang disebarkan melalui jaringan haruslah knowledge yang mendorong aliran dan pengembangan knowledge yang dimiliki oleh perusahaan.
3.Customer Knowledge Management : customer knowledge merupakan aset yang sangat berharga bagi perusahaan. Dengan memiliki customer knowledge perusahaan dapat memperbaiki customer value yang diberikan kepada pelanggan. Ada dua jenis customer knowledge, yaitu :
a)Knowledge mengenai pelanggan (mengenai pelanggan yang potensial dan segmen pasar).
b)Knowledge yang dimiliki oleh pelanggan.
4.Customized knowledge : menggunakan individual customer knowledge dan mengkostumisasi sesuai dengan keinginan pelanggan.
Menurut Skyrme (2000), hubungan perspektif antara marketing dan knowledge management terkadang bisa lemah dan kuat, jika orang-orang marketing dan knowledge managers mengkolaborasikan keempat bagian diatas maka hubungan antara marketing dan knowledge management akan semakin menjadi intensif, bersifat intelligent dan menciptakan inovasi-inovasi baru dalam dunia marketing.